Pages

Senin, 16 September 2013

Sel Kering Baterai



Sel Kering Baterai
Beberapa baterai yang sering sobat temui sehari-hari diantaranya:
a)Baterai Seng-Karbon
Baterai jenis seng-karbon atau Leclanche adalah baterai generasi pertama yang dikomersilkan, dipakai untuk lampu senter, jam dinding, radio, dan alat-alat elektronik lainnya. Baterai ini terdiri atas seng (anode) dan batang grafit (katode). Sebagai zat elektrolitnya adalah campuran MnO2, NH4Cl, dan serbuk karbon yang dikemas dalam bentuk pasta.
Reaksi redoks yang terjadi sangat rumit, tetapi secara sederhana dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut.
Anode
:
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e
Katode
:
2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)
Potensial sel yang dihasilkan adalah 1,5 V dan arus listrik yang mengalir akan berkurang jika dipakai. Potensial sel juga akan berkurang jika cuaca dingin.
b)Baterai Merkuri

Sel Volta yang lain adalah sel merkuri atau disebut juga baterai kancing jenis Ruben-Mallory. Sel jenis ini banyak digunakan untuk baterai arloji, kalkulator, dan komputer. Baterai merkuri ini telah dilarang penggunaannya dan ditarik dari peredaran sebab bahaya yang dikandungnya (logam berat merkuri).
Baterai kancing ini terdiri atas seng (anode) dan merkuri(II) oksida (katode). Kedua elektrode tersebut berupa serbuk padat. Ruang di antara kedua elektrode diisi dengan bahan penyerap yang mengandung elektrolit kalium hidroksida (basa, alkalin). Reaksi redoks yang terjadi dalam sel adalah sebagai berikut.
Anode
:
Zn(s) + 2OH(aq) → ZnO(s) + H2O(l) + 2e
Katode
:
HgO(s)+H2O(l) + 2e → Hg(l) + 2OH(aq)
Potensial sel yang dihasilkan adalah 1,35 V.

c)Baterai Litium
Sel kering tersebut (baterai seng-karbon dan baterai merkuri) tidak benar-benar kering sebab elektrolit yang dipakai masih berupa pasta. Sel kering yang benar-benar kering adalah sel jenis litium-iodin. Sel litium-iodin adalah sel Volta dengan logam litium sebagai anode dan senyawa kompleks I2 sebagai katode. Kedua elektrode ini dipisahkan oleh lapisan tipis dari litium iodida. Reaksi redoks yang terjadi adalah sebagai berikut.
Anode
:
2Li(s) →2Li+(aq) + 2e
Katode
:
3I2(s) + 2e → 2I3(aq)
Potensial sel yang dihasilkan sebesar 3,6 V.
Baterai jenis litium berbeda dengan baterai seng-karbon dan baterai merkuri sebab baterai ini dapat diisi ulang (rechargeable). Baterai litium banyak dipakai untuk mobilephone (HP) dan mobil mainan.
d)Baterai Nikel-Kadmium
Selain baterai litium-iodin, baterai yang dapat diisi ulang lainnya adalah baterai nikel-kadmium (nicad). Sel nicad adalah baterai untuk penyimpan muatan. Sel nicad tergolong sel Volta yang terdiri atas kadmium sebagai anode, nikel oksida sebagai katode, dengan elektrolit kalium hidroksida. Baterai nicad banyak digunakan untuk baterai penerang isi ulang. Reaksi sel selama pemakaian adalah sebagai berikut.
Anode
:
Cd(s) + 2OH(aq) → Cd(OH)2(s) + 2e
Katode
:
2NiO2H(s)+2H2O(l)+2e → 2Ni(OH)2(s) + 2OH(aq)

Sel Accumulator
Sel Volta komersial jenis lain yang dapat diisi ulang adalah sel timbel atau dikenal dengan accumulator (accu), terdiri atas timbel oksida sebagai katode dan logam timbel berbentuk bunga karang sebagai anode. Kedua elektrode ini dicelupkan dalam larutan H2SO4 10%. Reaksi yang terjadi selama accu dipakai (discharged) adalah sebagai berikut.

Anode
:
Pb(s) + HSO4(aq) → PbSO4(s) + H+(aq) + 2e
Katode
:
PbO2(s) + 3H+(aq) + HSO4(aq) + 2e → PbSO4(s) + 2H2O(l)

Potensial sel yang dihasilkan dari reaksi tersebut, yaitu sekitar 2 V. Untuk memperoleh potensial sel sebesar 6 V, diperlukan tiga buah sel yang disusun secara seri. Berapa jumlah sel yang harus disusun seri untuk menghasilkan potensial sel 12 V?
Jika accu telah dipakai, accu dapat diisi ulang menggunakan arus listrik searah. Selama proses isi ulang, reaksi dalam sel merupakan kebalikan dari reaksi pemakaian. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2PbSO4(s) + 2H2O(l) → Pb(s) + PbO2(s) + 2H2SO4(aq)
Selama proses isi ulang, sejumlah air dalam accu terurai menjadi H2 dan O2, akibatnya accu kekurangan air. Oleh karena itu, accu yang sering dipakai dan diisi ulang, cairan elektrolitnya harus diganti dengan yang baru.

Cara Menghitung Lama Siang dan Malam dengan Kalkulator



Baiklah sekarang saya akan coba untuk menghitung lama siang dan malam dengan menggunakan kalkulator. Mudah-mudahan dengan cara seperti ini rekan-rekan akan lebih mengerti dan dapat dengan mudah mengaplikasikannya.

Adapun kalkulator yang saya gunakan saat ini adalah
CASIO fx-350ES yang setahun lalu saya beli dengan harga Rp. 80.000,-

Ingat, siapkan data yang diperlukan:

1. Lintang Tempat

2.
Deklinasi Matahari; saya menggunakan data dari WinHisab V.2 dari Depag


Sekarang kita akan menghitung kota Tokyo Jepang untuk tanggal 21 Juni 2009

Lintang Tokyo, φ = 35° 40’ N (dibaca; 35 derajat 40 menit)

Deklinasi Matahari 21 Juni 2009, δ = 23° 26’ 21” (dibaca; 23 derajat 26 menit 21 detik)

* teks yang warna merah adalah cara-cara menekan tombol di kalkulator.

1. Cari nilai t (sudut waktu) dengan rumus:
Cos t = −tan φ . tan δ

Masukan lintang dan deklinasi yang sudah kita cari ke dalam rumus:

Cos t = -tan 35° 40’ . tan 23° 26’ 21”

(-) tan 35 °’” 40 °’” = hasilnya -0.71769…

tan 23 °’” 26 °’” 21 °’” = hasilnya 0.43355…

hasil di atas kita ambil angka desiamal 4 atau 5 angka di belakang koma (semua lebih baik), jadi:

cos t = -0,71769 . 0,43355

(-) 0.71769 x 0.43355 = -0.31115…

cos t = -0,31115

selanjutnya kita cari nilai t dengan menekan tombol:

SHIFT cos (-) 0.31115 = °’” hasilnya 108° 7’ 42.77”
t = 108° 7’ 42,77”

2. Mencari LS (Lama Siang),
LS = t x 2

LS = 108° 7’ 42,77” x 2

108 °’” 7 °’” 42.77 °’” x 2 = 216° 15’ 25.54”

LS = 216° 15’ 25,54”

Hasil di atas masih berupa busur derajat, sedangkan yang kita butuhkan dalam bentuk jam. Maka untuk merubah dari busur derajat menjadi jam dengan cara membaginya dengan angka 15, kenapa?

Satu putaran penuh 360° ditempuh dalam waktu 24 jam, jadi 360 / 24 = 15° perjam

LS = 216° 15’ 25,54” / 15

216 °’” 15 °’” 25,54°’” : 15 = 14° 25’ 1.7”
Lama Siang = 14 jam 25 menit 1,7 detik

3. Mencari Lama Malam (LM)
LM = 24 jam – LS

LM = 24 jam - 14 jam 25 menit 1,7 detik hasilnya

24 °’” – 14 °’” 25 °’” 1.7 °’” = °’” hasilnya 9° 34’ 58.3”

Lama Malam = 9 jam 34 menit 58,3 detik


SYDNEY, AUSTRALIA

φ = 34° 00’ S (- 35° 40’)

21 Juni 2009

δ = 23° 26’ 21”

1. Cos t = −tan φ . tan δ

cos t = -tan -34° 00’ . tan 23° 26’ 21”

(-) tan (-) 34 °’” 00 °’” = 0.67450….

tan 23 °’” 26 °’” 21 °’” = 0.43355…

cos t = 0,67451 . 0,43355

0.67451 x 0.43355 = 0.29243…

cos t = 0,29243

SHIFT cos 0.29243 = °’” 72° 59’ 47.43”
t = 72° 59’ 47,43”

2. LS = 2 x t

LS = 2 x 72° 59’ 47,43”

2 x 72 °’” 59 °’” 47.43 °’” = 144° 59’ 34.86”

LS = 144° 59’ 34.86” atau

144 °’” 59 °’” 34.86 °’” : 15 = 9° 43’ 58.32”
Lama Siang = 9 jam 43 menit 58,32 detik

3. LM = 24 jam - LS

24 °’” - 9 °’” 43 °’” 58.32 °’” = 14° 16’ 1.68”
Lama Malam = 14 jam 16 menit 1,68 detik
Jadi pada tanggal 21 Juni 2009 untuk kota Tokyo siang lebih lama daripada malamnya, sedangkan untuk kota Sydney sebaliknya malam lebih lama dari pada siangnya.